Hargai diri kita sendiri, cerminkan dengan menghargai sesama manusia

 


Adab, tata Krama.

Tata cara kita dapat menghargai diri sendiri dan yang kita refleksikan dengan adab, amet atau kulonuwun kepada orang lain. Adab dapat kita wujudkan dalam menghargai diri kita, orang yang lebih muda dari kita, dan orang yang lebih tua dari kita. Dalam Islam sendiri adab merupakan akhlak, bagaimana kita bersikap dengan sesama makhluk.

Terdapat beberapa cara dalam kita bersikap itu dapat kita lakukan. Penerapan contoh, mengamati, dan meniru. Apa yang tampak di depan kita, yang kita amati, nantinya akan kita tiru. Disini perlunya ada penerapan, dan bahkan mungkin perlu penyusunan ABCD, yup berupa tata cara. Yang tata cara ini memang dibuat dan dipatenkan oleh manusia sendiri.

Pentingnya kita beradab dalam bermasyarakat sangat saya rasakan. Belajar tata cara amet dan menghargai diri saya sendiri dan begitu pula dampak atau reaksi lawan kita merupakan refleksi dari yang kita lakukan.

Namun, tanpa kita sadari ketika adab tata cara kita tidak sesuai dengan penyusunan apa yang telah ditetapkan masyarakat, kita akan dianggap kurang unggah ungguh. Padahal yang menciptakan tata cara itu juga manusia sendiri. Eiits, tetapi perlu kita ingat kembali bahwasanya kita makhluk sosial, melakukan interaksi, bertemu orang, saling sapa, dan lain sebagainya.

Hari ini cukup indah tentang adab. Teringat saya ajaran oleh para guru yang mungkin memang bukan patenan dari kitab siir, adab, atau Ta'limul muta'allim. Disinilah kreasi dalam sikap untuk bertata krama. Setiap pagi kita diajarkan untuk menta'dhimkan guru kita dengan cara turun dari kendaraan, kita tuntun kemudian sampai di depan guru lalu salim dengan hikmat. Setelah dirasa lumayan jauh, kita naiki kendaraan kita menyamankan mesin kemudian memarkirkannya. Sedikit contoh kecil.

Tadi pagi baru saja saya merasa agak canggung meninggalkan adab itu. Guru saya yang berada di depan rumah dan saya yang lewat menaiki motor bermaksud membeli gorengan di dekat dalem guru saya. Karena memang sedikit dekat, saya lewat saja langsung memarkirkan motor. Di situ saya berfikir, kurang ajar sekali saya. Selama tiga tahun berlangsung di didik dengan baik, diberi paham beradab, kenapa tidak saya pakai?. Ini apa? Nol rasanya. Didikan itu bukan hanya kamu pakai saat kamu masih belajar disana saja, tetapi yang diharapkan didikan itu kamu pakai sampai saat ini. Sampai itu menjadi karakter, sesuatu yang melekat tak akan lepas.

Setelah itu, keluar dari penjual gorengan saya putar balik motor dan saya tuntun sampai dengan guru saya terlewat baru saya kemudikan. Sedih rasanya, miris melihat kelakuan saya. Meskipun menyapa dengan mensem takdim karena guru saya laki-laki dan merupakan saudara. Tapi rasanya malu diri ini. Teringat saya dengan video salah seorang artis muda, ketika melewati orang yang lebih tua dia menunduk mengedepankan satu tangan. Betapa rasa tertampar. Ketika kita beradab tanpa pandang bulu, sesungguhnya disitu kamu menghargai dirimu sendiri.


Thank for today,.

And I hope it's a better start.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Inspiratif Ibu Rokayyah : Jeco Jelly the Coco

Hukumnya Najis Petis Atau Terasi di Makan?

TAWA DAN LUKA