Bersama jebolan Esmod part 1

Bertahaplah, jangan tergesa-gesa dan nikmati prosesnya. 

Dari kemarin Pak Nor sudah meminta untuk aku mempelajarinya. Rabu kemarin beliau datang ke rumah untuk bertamu. Jarak yang lumayan cukup jauh dari kediamannya. Bapak beserta ibu Hajar serta mas Putra yang tampan tampak sejak masih kecilnya. 

Mas putra memang sangat betah berada di rumahku. Dia rasanya tak lelah sama sekali. Capek aku mengikutinya kesana kemari. Tapi dia tukang ngompol, tiap kali ke rumahnya pasti sering kencing. Yah memang begitulah anak kecil. Dia baru berusia dua setengah tahun. 

Hari ini pertama kali aku kursus menjahit kepada pak Nor yang memang bos dari emakku. Tampak sumringah seperti biasanya wajah beliau. Sambutan hangat selalu menyapa. 

Bukan secara langsung diminta untuk menjalankan mesin. Pertama kali aku diminta untuk mengenali mesin, mengetahui karakter tiap mesin yang memang berbeda. Belajar memasukkan benang bawah sampai puluhan kali. Dan bisa ditebak, sampai lecet kulitku tapi tak rasa. Kemudian apakah langsung menjahit? Tentu tidak sob, aku diminta untuk membersihkan mesin jahit terlebih dahulu dan mengulangi untuk mengunci benang bawah. Setelahnya baru aku diminta memasang benang di mesin besar itu. Sampai puluhan kali pula. Baru mulai lah untuk menjalankan mesin. 

Disinilah mulai perasaan kestabilan emosi dimulai. Bukan langsung menjahit kain yah. Bermulai dari menjahit kosongan. Setelah itu baru praktek ke kain, baru beberapa menit dan memang aku pemula yang belum pernah menjahit. Awalnya pak Nor memintaku untuk menjahit kain secara terserah, miring dan lurus dengan kain panjang. Yah maklum saja awet"an

Cerita ini menarik bagiku, karena ada nilai agama yang dimasukkan oleh pak Nor. Sebelum kesitu, aku ingin berbagi cerita tentang riwayat beliau. Beliau berasal dari keluarga kurang berada, dan bapak beliau adalah tukang jahit. Kerap kali orang yang meminta bantuan ke bapaknya komplen terhadap hasil jahitan bapaknya. Dari situ mulai ada dibenak pak Nor untuk bisa menutupi kekurangan dari bapaknya. Pak Nor dulu merantau ke Jakarta, dan bekerja di salah sebuah butik yang sekarang amat ternama sebagai tempat belajar para desaigner ternama. Esmod, iya beliau dulu belajar di Esmod. Kalian pasti tau bagaimana sekolah desain pakaian itu, yang ternama dan sudah banyak cabang. Dan tidak main-main biaya untuk studi disana, hampir setara dengan kuliah di Fakultas Kedokteran. 

Selama bekerja disana, pak Nor hanya diminta untuk membeli benang, peralatan mesin, dsb. Setelah itu sedikit naik jabatan, beliau diminta untuk menggaji para karyawan. Hanya itu saja mungkin bagi orang awam akan menyepelekan hal kecil tersebut. Tapi bukankah kisah tersebut seperti kisah para Ulama terdahulu, karena ta'dhim serta khidmat kepada guru yang mengantarkan mereka pada kesuksesan berilmu. Beliau sekarang menguasai ilmu yang diambil dari Esmod tersebut. Sempat juga ditawari akan di sekolahkan di luar negeri juga. 

Kisah beliau memang sederhana disampaikan dan tidak muluk-muluk. Sosok inspirator yang mengagumkan. Mungkin sifat agamis, kalem, dan kejujuran serta tanggung jawabnya yang mengantarkan beliau sampai pada posisi sekarang. Dan memang bukan main-main hasil karya beliau, satu baju jahitan yang beliau buat berada kisaran 400 rb s/d 1jt 500 . Karena memang karya juga menghargai proses. 

Beliau sekarang baru mempunyai satu istri dan 3 anak laki-laki. Menikah pada tahun 2005 dan itupun aku masih kecil belia. Kerap kali ketika aku pulang dari rumahnya pasti akan selalu dibawakan sesuatu. Bagitulah kehidupan, akan ada rasa saling kasih mengasihi dan saling menyayangi.. . 

Awal yang bagus untuk memulai suatu pembelajaran... 

Hikmah yang elok.. 

Part 2, tunggu yah... Ada yang menarik dan spesial tentang hubungan menjahit dengan kehidupan. 

Dan terimakasih untuk semuanya,. Terutama saya masih bisa diberi kesempatan untuk menulis bacaan singkat ini. 

Sehat selalu dan semoga diberi manfaat atas segalanya... 

Nantikan part 2...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Inspiratif Ibu Rokayyah : Jeco Jelly the Coco

Hukumnya Najis Petis Atau Terasi di Makan?

TAWA DAN LUKA