Hukumnya Najis Petis Atau Terasi di Makan?

 Sering saya dapati pembicaraan tentang bagaimana hukumnya petis dan terasi. Tak lepas karena saya hidup di daerah dekat dengan pesisir yaitu kota santri Sarang sebagai tempat kelahiran dan Pulau Madura sebagai tempat saya menempuh pendidikan perguruan tinggi. Kedua daerah ini khas dengan makanan serba ikan yang mana salah satu hasil dari racikannya adalah petis dan terasi. Dan sering dijumpai petis dijadikan sebagai bumbu rujak sementara terasi dicampur dengan sambal. Kebiasaan ini yang menciptakan dialok tentang hukumnya petis dan terasi apakah halal untuk dimakan?

Akhirnya saya menanyakan lebih jelas tentang problematika hukum Petis dan Terasi dengan teman saya Gus wafi. Beliau salah satu santri Sarang dan berkhidmah di salah satu pondok daerah tersebut. Pertama kali dialog hukum petis juga saya dengar dari beliau.

Petis merupakan makanan yang dihasilkan dari pengolahan sari udang atau ikan yang diberi bumbu-bumbu sehingga berbentuk pasta yang berwarna cokelat kehitaman dan mempunyai aroma yang khas. Petis dapat dibuat dari udang atau ikan yang masih utuh, namun terkadang juga dibuat dari sisa-sisa udang pemanfaatan limbah kepala dan kulit atau sari ikan dari pembuatan pindang. Sedangkan terasi adalah bumbu masak yang dibuat dari ikan atau udang yang difermentasikan yang berbentuk seperti pasta dan berwarna hitam coklat, kadang ditambah dengan pewarna sehingga menjadi kemerahan.

Jika terasi atau petis tersebut dibuat dari ikan yang sudah dibersihkan kotorannya tentu tidak jadi persoalaan, yang jadi masalah adalah kalau ikan yang dipakai dalam pembuatan terasi atau petis itu belum dibersihkan kotorannya.

Pertanyaannya adalah bagaimana hukum petis atau terasi tersebut?

A. Tafsil :

1. Apabila petis atau terasi itu terbuat dari ikan yang kecil-kecil (kira-kira sebesar 2 jari yang standart) dan sulit membersihkan kotorannya, maka khilaf :

Najis tapi boleh dimakan, karena dima’fu (tidak ada sangsinya). Ini menurut qaul ashoh

Suci dan boleh dimakan, menurut Imam Ibnu Hajar, Imam Ibnu Ziad, Imam Romli & ulama yang lain (muqobilul ashoh)

2. Apabila terbuat dari ikan yang besar dan mudah membersihkan kotorannya, maka khilaf :

Najis dan tidak boleh dimakan, menurut qaul ashoh

Suci dan boleh dimakan, menurut Imam Romli dan shohibul Ibanah (muqobilul ashoh)


Referensi Jawaban pertama :

حاشية البجيرمي على الخطيب - (جـ ٣ / صـ ١٦٥)

قَوْلُهُ : ( { الْحِلُّ مَيْتَتُهُ } ) الْمُرَادُ بِهَا حَيَوَانَاتُ الْبَحْرِ الَّتِي يَجُوزُ أَكْلُهَا وَإِنْ لَمْ يُسَمَّ سَمَكًا ؛ إذْ هُوَ الْمُحْدَثُ عَنْهُ كَمَا فِي الْجَوَاهِرِ ، وَفِيهَا عَنْ الْأَصْحَابِ لَا يَجُوزُ أَكْلُ سَمَكٍ مُمَلَّحٍ لَمْ يُنْزَعْ مَا فِي جَوْفِهِ أَيْ مِنْ الْمُسْتَقْذَرَاتِ ، وَظَاهِرُهُ أَنَّهُ لَا فَرْقَ بَيْنَ صَغِيرِهِ وَكَبِيرِهِ ، لَكِنْ ذَكَرَ الشَّيْخَانِ فِي بَابِ الصَّيْدِ جَوَازَ أَكْلِ الصَّغِيرِ مَعَ مَا فِي جَوْفِهِ لِعُسْرِ تَنْقِيَةِ مَا فِيهِ أَيْ : وَإِنْ كَانَ الْأَصَحُّ نَجَاسَتَهُ كَمَا يَأْتِي ، وَأَلْحَقَ فِي الرَّوْضَةِ الْجَرَادَ بِالسَّمَكِ فِي ذَلِكَ ابْنُ حَجَرٍ عَلَى الْعُبَابِ .


بغية المسترشدين للسيد باعلوي الحضرمي - (صـ ١٥)

وفي النهاية: والضابط أن كل ما يشق الاحتراز عنه غالباً يعفى عنه.


غاية تلخيص المراد من فتاوى ابن زياد - (صـ ٢٥٤)

(مسألة): روث السمك نجس، ويجوز أكل صغاره قبل شقّ جوفه، ويعفى عن روث تعسر تنقيته وإخراجه، لكن يكره كما في الروضة، ويؤخذ منه أنه لا يجوز أكل كباره قبل إخراج روثه لعدم المشقة في ذلك، ومثله أخذ دهنه قبل شق جوفه إذا لاقى شيئاً من روثه.


الفتاوى الفقهية الكبرى - (جـ ٢ / صـ ١٣٧)

( وَسُئِلَ ) - أَدَامَ اللَّهُ النَّفْعَ بِهِ - هَلْ يُعْفَى عَنْ كُلِّ مَا يَشُقُّ الِاحْتِرَازُ عَنْهُ كَطِينِ الشَّارِعِ ؟ ( فَأَجَابَ ) بِقَوْلِهِ : نَعَمْ ، يُعْفَى عَنْ ذَلِكَ بِتَفْصِيلِهِ الَّذِي ذَكَرَهُ الْفُقَهَاءُ فِي كُتُبِهِمْ الْمَبْسُوطَةِ ، وَاسْتِيعَابُهُ يَطُولُ ، وَاَللَّهُ - سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى - أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ.


الوسيط في المذهب - (جـ ١ صـ ١٥٤)

الثَّانِي رَوْث السّمك وَالْجَرَاد وَمَا لَيْسَ لَهُ نفس سَائِلَة فَفِيهِ وَجْهَان أَحدهمَا نجس طردا للْقِيَاس وَالثَّانِي أَنه طَاهِر لِأَنَّهُ إِذا حكم بِطَهَارَة ميتتهما فكأنهما فى معنى النَّبَات وَهَذِه رطوبات فى بَاطِنهَا


البيان في مذهب الامام الشافعي - (جـ ٤ صـ ٥٢٥)

فعند الشيخ أبي حامد: روث السمك نجس وجها واحدا، وفي دمه وجهان وأما صاحب " الإبانة ": فقال: في روث السمك وجهان، كدمه، أصحهما: أنه ليس بنجس فعلى هذا: يحل أكله قبل أن يخرج.


النجم الوهاج في شرح المنهاج - (جـ ١ صـ ٤٠٩)

قال: (وروث)؛ لما تقدم أنه صلى الله عليه وسلم ألقى الروثة، وقال: (هذا ركس) وفي رواية البخاري: (رجس)، ومعناهما النجس وفي روث السمك والجراد، وما ليس له نفس سائلة وجهان، الأصح: نجاسته وينبني على ذلك جواز أكل الأسماك المملحة التي لم ينزع جوفها، كما سيأتي في (كتاب الأطعمة).

Wallahu A’lam…

Sumber : Gus Wafi

Penulis : Intan Nur Ainiyah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Inspiratif Ibu Rokayyah : Jeco Jelly the Coco

TAWA DAN LUKA